Selasa, 18 November 2014

MENGANALISIS KASUS

Kisah Kevin
                Kevin telah menjadi tantangan sejak hari pertamanya di kelas Pak Vito. Ia adalah seorang bocah laki-laki yang bertubuh gemuk-pendek, yang sebelumnya bersekolah di sebuah sekolah khusus untuk anak-anak dengan masalah perilaku berat. Selama dua tahun sebelumnya ia berulang kali pindah kelas karena memperlihatkan perilaku yang “tidak pantas dan agresif”.
            Pak Vito bertekad membantu anak itu. Setiap hari ia menunggu di depan pintu kelas untuk menyapa Kevin dan selalu mengucapkan selamat jalan kepadanya sebelum ia meninggalkan kelas. Pak Vito sengaja meluangkan waktu setiap hari untuk bicara apa saja dengannya, mulai tentang acara TV sampai tentang ibunya. Pak Vito bersikeras untuk memaksanya mengikuti berbagai kegiatan di kelasterutama dalam kelompok belajar bersama anak-anak lain.
            Karena perhatian yang diberikan Pak Vito padanya, Kevin perlahan-lahan mulai menyadari bahwa Pak Vito memiliki komitmen terhadap dirinya. Pada November, Kevin sudah diterima oleh teman-temannya, meskipun masih secara marjinal, dan menjadi anggota kelas yang cukup produktif. Ia memang masih bengal dan kadang-kadang membuat kegaduhan kecil di kelas, tetapi ia telah menunjukkan respon yang jauh lebih positif kepada Pak Vito dan siswa-siswa lain. Tidak satu kali pun Kevin terpaksa disuruh menemui kepala sekolah atau dilarang meninggalkan kelas, dan hal itu benar-benar menjadi perubahan besar baginya.Pak Vito mampu membantu Kevin untuk berubah menjadi anak yang kompeten, akademik maupun sosial, terlepas dari stigma yang terlanjur dilekatkan kepadanya sebagai anak yang mengalami gangguan perilaku.
            Pengaruh signifikan Pak Vito atas diri Kevin adalah tekadnya untuk membarikan kesempatan kepada Kevin untuk meraih kesuksesan di sekolah dan memperoleh kompetensi sosial. Sama sekali tidak ada trik sulap atau reparasi teknis yang terlibat di sini—hanya mengingatkan dari hari-ke hari, dari jam ke jam, dan bahkan dari meit ke menit kepada Kevin untuk menyelesaikan pekerjaannya dan menghormati orang lain. Ia sama sekali tidak mau meyerah. Pak Vito menjelaskan, “Saya punya kecenderungan untuk tidak mau menyerah kepada siapa pun. Hal ini tanggung jawab saya.”
            Pak Vito mendorong dan mendukung pertumbuhan sosial dan akademik Kevin tanpa memedulikan sistem. Kevin sekarang sudah terbiasa berpartisipasi di berbagai diskusi dan kegiatan kelas, ia tampak senang datang ke sekolah, (dan pada kenyataannya ia sama sekali tidak pernah absen!), dan tampak telah memiliki beberapa teman akrab di kelas, yang semuanya bersedia datang ketika diundang ke pesta ulang tahunnya. Caring relationship di antara Vito dan Kevin membentuk sebuah konteks baru bagi Kevin  sebagai siswa. Dalam konteks itu, ia mampu memperbaiki perilaku maupun prestasi akademiknya.

Analisis Kasus
            Dalam kasus di atas, Pak Vito menggunakan pendekatan humanistik dalam mengadapi perilaku bermasalah Kevin.
                Menurut Teori humanistik, tujuan belajar adalah untuk memanusiakan manusia. Proses belajar dianggap berhasil jika si pelajar memahami lingkungannya dan dirinya sendiri. Siswa dalam proses belajarnya harus berusaha agar lambatlaun ia mampu mencapai aktualisasi diri dengan sebaik-baiknya. Teori belajar ini berusaha memahami perilaku belajar dari sudut pandang pelakunya, bukan dari sudut pandang pengamatnya. Tujuan utama para pendidik adalah membantu siswa untuk mengembangkan dirinya, yaitu membantu masing-masing individu untuk mengenal diri mereka sendiri sebagai manusia yang unik dan membantu dalam mewujudkan potensi-potensi yang ada dalam diri mereka. Peran guru dalam pembelajaran humanistik adalah menjadi fasilitator bagi para siswa sedangkan guru memberikan motivasi, kesadaran mengenai makna belajar dalam kehidupan siswa. Salah satu caranya ialah dengan menciptakan kondisi di mana siswa dapat belajar secara efektif, misalnya dengan menunjukkan kepada siswa bahwa guru peduali dan mengahargai mereka sebagai manusia, serta memberikan kesempatan untuk berpedapat tentang apa yang terjadi si kelas.
                Dalam kasus Kevin, Pak Vito membangun hubungan yang lebih positif dengan siswanya itu dengan cara bersikap hangat kepadanya, menyapanya setiap hari sebelum jam pelajaran dimulai, mengucapkan selamat jalan kepadanya sebelum ia pulang, mengobrol dengannya, dan mengajaknya untuk aktif dan berpartisipasi dalam kegiatan kelas.
Adapun siswa berperan sebagai pelaku utama (student center) yang memaknai proses pengalaman belajarnya sendiri. Diharapkan siswa memahami potensi diri , mengembangkan potensi dirinya secara positif dan meminimalkan potensi diri yang bersifat negatif.
Salah satu model pendidikan terbuka mencakuo konsep mengajar guru yang fasilitatif yang dikembangkan Carl Rogers diteliti oleh Aspy dan Roebuck pada tahun 1975 mengenai kemampuan para guru untuk menciptakan kondidi yang mendukung yaitu empati, penghargaan dan umpan balik positif.  Ciri-ciri guru yang fasilitatif adalah :
  1. Merespon perasaan siswa
  2. Menggunakan ide-ide siswa untuk melaksanakan interaksi yang sudah dirancang
  3. Berdialog dan berdiskusi dengan siswa
  4. Menghargai siswa
  5. Kesesuaian antara perilaku dan perbuatan
  6. Menyesuaikan isi kerangka berpikir siswa (penjelasan untuk mementapkan kebutuhan segera dari siswa)
  7. Tersenyum pada siswa







·        SARAN:
Menurut saya guru yang fasilitatif mengurangi angka bolos siswa, meningkatkan angka konsep diri siswa, meningkatkan upaya untuk meraih prestasi akademik termasuk pelajaran bahasa dan matematika yang kurang disukai, mengurangi tingkat problem yang berkaitan dengan disiplin dan mengurangi perusakan pada peralatan sekolah, serta siswa menjadi lebih spontan dan menggunakan tingkat berpikir yang lebih tinggi.
Pembelajaran berdasarkan teori humanistik ini cocok untuk diterapkan pada materi-materi pembelajaran yang bersifat pembentukan kepribadian, hati nurani, perubahan sikap, dan analisis terhadap fenomena sosial. Indikator dari keberhasilan aplikasi ini adalah siswa merasa senang bergairah, berinisiatif dalam belajar dan terjaadi perubahan pola pikir, perilaku dan sikap atas kemauan sendiri. Siswa diharapkan menjadi manusia yang bebas, berani, tidak terikat oleh pendapat orang lain dan mengatur pribadinya sendiri secara bertanggungjawab tanpa mengurangi hak-hak orang lain atau melanggar aturan , norma , disiplin atau etika yang berlaku.

















Tidak ada komentar:

Posting Komentar