Kisah Kevin
Kevin telah menjadi tantangan sejak hari pertamanya di
kelas Pak Vito. Ia adalah seorang bocah laki-laki yang bertubuh gemuk-pendek,
yang sebelumnya bersekolah di sebuah sekolah khusus untuk anak-anak dengan
masalah perilaku berat. Selama dua tahun sebelumnya ia berulang kali pindah
kelas karena memperlihatkan perilaku yang “tidak pantas dan agresif”.
Pak Vito bertekad membantu anak itu.
Setiap hari ia menunggu di depan pintu kelas untuk menyapa Kevin dan selalu
mengucapkan selamat jalan kepadanya sebelum ia meninggalkan kelas. Pak Vito
sengaja meluangkan waktu setiap hari untuk bicara apa saja dengannya, mulai
tentang acara TV sampai tentang ibunya. Pak Vito bersikeras untuk memaksanya
mengikuti berbagai kegiatan di kelasterutama dalam kelompok belajar bersama
anak-anak lain.
Karena perhatian yang diberikan Pak Vito
padanya, Kevin perlahan-lahan mulai menyadari bahwa Pak Vito memiliki komitmen
terhadap dirinya. Pada November, Kevin sudah diterima oleh teman-temannya,
meskipun masih secara marjinal, dan menjadi anggota kelas yang cukup produktif.
Ia memang masih bengal dan kadang-kadang membuat kegaduhan kecil di kelas,
tetapi ia telah menunjukkan respon yang jauh lebih positif kepada Pak Vito dan
siswa-siswa lain. Tidak satu kali pun Kevin terpaksa disuruh menemui kepala
sekolah atau dilarang meninggalkan kelas, dan hal itu benar-benar menjadi
perubahan besar baginya.Pak Vito mampu membantu Kevin untuk berubah menjadi
anak yang kompeten, akademik maupun sosial, terlepas dari stigma yang terlanjur
dilekatkan kepadanya sebagai anak yang mengalami gangguan perilaku.
Pengaruh signifikan Pak Vito atas
diri Kevin adalah tekadnya untuk membarikan kesempatan kepada Kevin untuk
meraih kesuksesan di sekolah dan memperoleh kompetensi sosial. Sama sekali
tidak ada trik sulap atau reparasi teknis yang terlibat di sini—hanya
mengingatkan dari hari-ke hari, dari jam ke jam, dan bahkan dari meit ke menit
kepada Kevin untuk menyelesaikan pekerjaannya dan menghormati orang lain. Ia
sama sekali tidak mau meyerah. Pak Vito menjelaskan, “Saya punya kecenderungan
untuk tidak mau menyerah kepada siapa pun. Hal ini tanggung jawab saya.”
Pak Vito mendorong dan mendukung pertumbuhan
sosial dan akademik Kevin tanpa memedulikan sistem. Kevin sekarang sudah
terbiasa berpartisipasi di berbagai diskusi dan kegiatan kelas, ia tampak
senang datang ke sekolah, (dan pada kenyataannya ia sama sekali tidak pernah
absen!), dan tampak telah memiliki beberapa teman akrab di kelas, yang semuanya
bersedia datang ketika diundang ke pesta ulang tahunnya. Caring relationship di antara Vito dan Kevin membentuk sebuah
konteks baru bagi Kevin sebagai siswa.
Dalam konteks itu, ia mampu memperbaiki perilaku maupun prestasi akademiknya.
Analisis Kasus
Dalam kasus di atas, Pak Vito menggunakan pendekatan
humanistik dalam mengadapi perilaku bermasalah Kevin.
Menurut Teori humanistik, tujuan belajar adalah untuk
memanusiakan manusia. Proses belajar dianggap berhasil jika si pelajar memahami
lingkungannya dan dirinya sendiri. Siswa dalam proses belajarnya harus berusaha
agar lambatlaun ia mampu mencapai aktualisasi diri dengan sebaik-baiknya. Teori
belajar ini berusaha memahami perilaku belajar dari sudut pandang pelakunya,
bukan dari sudut pandang pengamatnya. Tujuan utama para pendidik adalah
membantu siswa untuk mengembangkan dirinya, yaitu membantu masing-masing
individu untuk mengenal diri mereka sendiri sebagai manusia yang unik dan
membantu dalam mewujudkan potensi-potensi yang ada dalam diri mereka. Peran
guru dalam pembelajaran humanistik adalah menjadi fasilitator bagi para siswa
sedangkan guru memberikan motivasi, kesadaran mengenai makna belajar dalam
kehidupan siswa. Salah satu caranya ialah dengan menciptakan kondisi di mana
siswa dapat belajar secara efektif, misalnya dengan menunjukkan kepada siswa
bahwa guru peduali dan mengahargai mereka sebagai manusia, serta memberikan
kesempatan untuk berpedapat tentang apa yang terjadi si kelas.
Dalam kasus Kevin, Pak Vito membangun hubungan yang
lebih positif dengan siswanya itu dengan cara bersikap hangat kepadanya,
menyapanya setiap hari sebelum jam pelajaran dimulai, mengucapkan selamat jalan
kepadanya sebelum ia pulang, mengobrol dengannya, dan mengajaknya untuk aktif
dan berpartisipasi dalam kegiatan kelas.
Adapun
siswa berperan sebagai pelaku utama (student center) yang memaknai proses
pengalaman belajarnya sendiri. Diharapkan siswa memahami potensi diri ,
mengembangkan potensi dirinya secara positif dan meminimalkan potensi diri yang
bersifat negatif.
Salah
satu model pendidikan terbuka mencakuo konsep mengajar guru yang fasilitatif
yang dikembangkan Carl Rogers diteliti oleh Aspy dan Roebuck pada tahun 1975
mengenai kemampuan para guru untuk menciptakan kondidi yang mendukung yaitu
empati, penghargaan dan umpan balik positif.
Ciri-ciri guru yang fasilitatif adalah :
- Merespon perasaan
siswa
- Menggunakan ide-ide
siswa untuk melaksanakan interaksi yang sudah dirancang
- Berdialog dan
berdiskusi dengan siswa
- Menghargai siswa
- Kesesuaian antara
perilaku dan perbuatan
- Menyesuaikan isi
kerangka berpikir siswa (penjelasan untuk mementapkan kebutuhan segera
dari siswa)
- Tersenyum pada
siswa
·
SARAN:
Menurut
saya guru yang fasilitatif mengurangi angka bolos siswa, meningkatkan angka
konsep diri siswa, meningkatkan upaya untuk meraih prestasi akademik termasuk
pelajaran bahasa dan matematika yang kurang disukai, mengurangi tingkat problem
yang berkaitan dengan disiplin dan mengurangi perusakan pada peralatan sekolah,
serta siswa menjadi lebih spontan dan menggunakan tingkat berpikir yang lebih
tinggi.
Pembelajaran
berdasarkan teori humanistik ini cocok untuk diterapkan pada materi-materi
pembelajaran yang bersifat pembentukan kepribadian, hati nurani, perubahan
sikap, dan analisis terhadap fenomena sosial. Indikator dari keberhasilan
aplikasi ini adalah siswa merasa senang bergairah, berinisiatif dalam belajar
dan terjaadi perubahan pola pikir, perilaku dan sikap atas kemauan sendiri.
Siswa diharapkan menjadi manusia yang bebas, berani, tidak terikat oleh
pendapat orang lain dan mengatur pribadinya sendiri secara bertanggungjawab
tanpa mengurangi hak-hak orang lain atau melanggar aturan , norma , disiplin
atau etika yang berlaku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar